Takut menderita
Selama hampir satu dekade hidupku dipenuhi oleh penderitaan; sakit sejak sma, tak putus ditolak wanita, kuliah kacau balau dan tak jelas kerja. Pada saat itu pikiran dan perasaanku dipenuhi oleh semua penderitaan itu. Perasaan akan penyakit yg menyusahkan, pikiran akan keburukan fisik dan hidup pas-pasan yg membuat tak percaya diri, kuliah yg tidak tahu relevansinya, pekerjaan yang tidak mapan dan tidak jelas. Semua itu berpadu sehingga kehidupan seakan berjalan dengan menyedihkan.
Saat ini, lebih tepatnya paska aku operasi 2004 dan jatuh sakit di tahun 2008, pelan-pelan aku merubah jalan pikirku. Ya, aku masih lelaki yg sama yg memiliki penyakit menahun dan kondisi fisik yg kurang bisa diandalkan. Tetapi kali ini lain, aku adalah lelaki yg menikmati setiap detil kehidupan, lelaki yg hidup bersama keterbatasan dan berteman penyakitnya, tidak menjadi musuhnya. Lelaki yg lebih mementingkan bahwa kekurangan fisik tak menjadi permasalahan berarti dibanding kekurangan mental, lelaki yang percaya diri, lelaki yg mudah bergaul dan diterima lingkungan. Menikmati hidup dan percaya diri akan bertahan hidup, apapun rizqi dan pekerjaan yg diberikan Allah..
Apa bedanya? Hanya pada pikiran dan perasaan.. Hanya pada bagaimana memandang hidup.. pada olah pikir yg membuat masalah menjadi tantangan dan kesusahan menjadi petualangan..
Hanya pada hati yg mampu bersyukur atas setiap detil kenikmatan yg diberikan..
"Ketakutan akan penderitaan lebih buruk daripada penderitaan itu sendiri"
0 Comments:
Post a Comment
<< Home