Wednesday, January 11, 2006

Feels like home..


Pernahkah dengar pepatah, “You can buy house, but not home.” So what is the different here, between house and home? Satu kelemahan bahasa Indonesia tidak melakukan pembedaan semacam ini… so tidak ada terjemahan yang pas…

House lebih mengacu pada tempat tinggal secara fisik, berwujud, sedangkan home lebih mengacu pada sesuatu yang lebih abstrak, tempat tinggal yang memberi kenyamanan hati. A comfort and relieve place to stay, tempat dimana kita benar-benar bisa melepaskan segala kelelahan kita, tempat dimana kita secara terlindungi, tempat kembali, tempat yang memberi kenyamanan dan kesejukan bagi hati kita.

Maka tidak heran komentar orang ketika pertama kali mengunjungi sebuah rumah, “feels like home,” bukannya feels like house (ini mah gak usah dikatain, semua orang juga tahu kalo kita mngunjungi sebuah rumah). Yang dia kaatakan adalah situasi dan kondisi suasana rumah tersebut nyaman sesuai ukuran hatinya.


Konteks ”rumah” (home) dapat berbeda makna bagi kondisi tertentu.

Bagi seorang yang bepergian, maka rumahnya adalah tempat yang biasa didiaminya. Bagi seorang perantau, maka rumahnya adalah hometown-nya. Dalam persahabatan, rumahnya adalah teman yang mau memahami. Bagi seorang anak, maka rumahnya adalah bapak-ibunya. Dalam perkawinan, rumah seorang suami adalah istrinya, dan sebaliknya..

Dan rumah bagi setiap diri adalah hatinya..

Sudahkah ”rumah”mu mampu menyamankan dan menyejukkan dirimu?

Buatlah hatimu rumah bagi dirimu sendiri...
Be “feels like home” with yourself…

Keindahan sejati

Ketika kucari keindahan sejati, ternyata keindahan sejati itu memang letaknya di hati..
Namun lebih spesifik lagi, pada hati yang berusaha istiqomah, selalu lurus (hanif), bersikap hati-hati (wara'), memiliki sifat mencukupkan diri (qana’ah) dan rendah hati (tawadhu)..